f

When the day comes

Assalamualaikum.wr.wb


Hari ini kegiatannya masih sama dengan hari kemarin. Berjam-jam di meja belajar, berpikir, merenung, menunggu datengnya inspirasi dan dorongan hati agar bisa mulai menyusun tugas akhir. Ya, waktu berlalu begitu cepat dan ternyata aku sudah berada di titik ini. Gak terasa. Nggak nyangka. Tiba-tiba memasuki masa di mana pikiran akan selalu dipenuhi oleh tuntutan skripsi. Sesekali, aku mencari aktivitas lain dan beranjak dari meja untuk mengusir kejenuhan. Persoalan skripsi ini bener-bener menguras pikiran dan selalu memenuhi otak. Alias bikin overthinking.

Sampai tiba waktu sore, aktivitas ku mendadak berhenti. Ide-ide skripsi yang berhasil terkumpul dalam otak seakan berceceran ke lantai. Kayak tiba-tiba ditegur. Kabar itu, sejenak membuatku menghentikan aktivitasku. Kabar darimu. 

Allahu akbar..
Manusia memang pada akhirnya akan kembali pulang sebagai tanda bahwa perjalanannya sudah selesai. Dulu, guruku di SMA pernah bilang, "Kita semua ini adalah musafir (orang yang sedang dalam perjalanan). Perjalanan kemana? Perjalanan menuju rumah masing-masing. Bukan rumah tipe 21 tapi rumah yang memiliki luas 2x1. Sebuah rumah sementara untuk tempat beristirahat dari perjalanan. Dalam perjalanan ini, akan dijumpai banyak tipe musafir, ada musafir yang selalu merasa kurang akan perbekalan yang dimiliki sehingga dia berusaha mengumpulkan perbekalan sebanyak-banyaknya sebelum sampai di rumah, ada musafir yang beranggapan perjalanannya masih jauh dan masih lama dan perbekalan yang ia miliki dirasa masih cukup untuk perjalanan ini, sehingga dia beranggapan masih ada waktu nanti untuk mencari perbekalan". Kemudian guruku berkata lagi, "ingin menjadi musafir tipe yang mana itu terserah kamu. Toh itu kan perjalananmu. Sebenarnya kita semua sama arah perjalanannya tapi soal memilih jalan itu pilihan masing-masing. Tapi, ada satu hal yang harus selalu diingat perbekalan yang banyak pastinya membuat kita tenang dalam melakukan perjalanan, kan?"

Sore hari itu, aku menerima kabar kalau kamu ternyata sudah sampai di rumahmu. Sedih, karena ternyata kamu sudah harus pulang secepat itu. Yah, meskipun pada akhirnya aku juga akan menyusulmu. 

Waktu aku menulis ini, aku mendapat banyak pelajaran tentang kematian. Mati itu satu/sekali, tapi cara kita bertemu mati itu banyak. Entah sakit, jatuh, bencana atau bahkan saat tidur sekalipun. Kedatangannya ngga bisa ditunda atau minta dipercepat. Juga nggak bisa dihindari sekalipun kita berada di dalam benteng yang tinggi dan kokoh. Mati pasti akan menjumpai. Dari pelajaran itu, berasa ditegur, "gimana bekalmu udah cukup? kalo tiba-tiba dipanggil dan disuruh pulang, siap?" 

Dunia dengan segala keindahan dan kesenangan di dalamnya kadang membuat lalai. Memang, dunia tampak penuh kesenangan. Tapi kesenangan itu menipu. Dunia hanya senda gurau dan sifatnya sementara. Dunia bukan sebuah prioritas melainkan jalan untuk mengantar sampai ke rumah dan ladang tempat mengumpulkan perbekalan. Jadi, rasanya kurang pas jika terlalu mengupayakan sesuatu yang tidak sedikitpun akan dibawa untuk menjalani hidup kelak. Hidup yang sebenarnya. 

Sampai jumpa, teman. Semoga kita bisa dipertemukan lagi di tempat yang terbaik.

CONVERSATION

0 comments:

Post a Comment