f

Stres dan Sariawan

Assalamualaikum.wr.wb

Kalo lagi stres suka muncul sariawan, kenapa ya?

Sariawan atau disebut dengan stomatitis merupakan salah satu penyakit mulut yang umum terjadi di Indonesia. Sariawan ada berbagai macam tipe, salah satunya sariawan yang sering muncul pada kondisi tertentu misal saat stres, menstruasi, dsb. Sariawan tipe ini disebut dengan RAS atau Recurrent Aphtous Stomatitis. Sesuai namanya, sariawan tersebut muncul secara rekuren atau berulang atau “kambuh” ketika ada faktor pemicunya. Berdasarkan penelitian, stres memiliki hubungan yang positif dengan RAS yaitu stres dapat memicu terjadinya RAS yang biasanya muncul ketika seseorang mengalami tekanan seperti saat ujian, banyak pikiran, dsb. Hal ini terjadi karena stres dapat mempengaruhi kerja hormon-hormon dalam tubuh yang juga mempengaruhi sistem imun sehingga tubuh rentan terhadap peradangan di rongga mulut. Sekitar 80% pasien yang mengalami RAS terjadi pada usia 20an. Nahloh, coba absen yang usianya 20an😁. Hampir setiap orang mengalami stres. Namun, reaksi tiap individu terhadap stres tersebut berbeda-beda.

Gini ceritanya:

Stres mengaktifkan sistem saraf pusat (SSP) yang ada di otak, mengakibatkan hipotalamus mengeluarkan corticotropine releasing hormone (CRH) lalu menstimulasi kelenjar pituitari atau hipofisis (dikenal juga master of gland) mengeluarkan adrenocorticotropine hormone (ACTH) lalu menstimulasi korteks adrenal memproduksi kortisol. Nah kortisol inilah yang kemudian menekan sistem imun sehingga daya tahan jaringan tubuh menurun yang diperankan oleh glukokortikoid.

Selain itu, hipotalamus juga mengendalikan sistem korteks adrenal, sehingga sistem saraf simpatis memberikan sinyal ke medula adrenal untuk mengeluarkan katekolamin berupa epinefrin dan norepinefrin ke aliran darah. Katekolamin ini lalu menginduksi pelepasan prostaglandin dan protease yang menyebabkan terjadinya destruksi atau rusaknya jaringan, salah satunya jaringan pada rongga mulut menghasilkan sariawan atau RAS.

Penyebab atau etiologi RAS idiopatik atau belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor pencetus atau predisposisi selain stres bisa juga genetik, trauma, alergi makanan, infeksi mikoorganisme, dan defisiensi nutrisi. Sehingga sebelum menentukan diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan subjektif (melalui anamnesis) dan pemeriksaan objektif (melalui pemeriksaan intraoral dan ekstraoral) yang cermat.

Bentuk RAS ini bermacam-macam ada RAS minor, mayor, dan herpetiform.

Penanganan RAS dapat dilakukan secara farmakologis yaitu dengan meresepkan triamcinolone acetonide 0,1 % (sebelumnya dapat dikonsultasikan dengan dokter gigi) dan bila diperlukan pemberian vitamin karena RAS sering dikaitkan dengan defisiensi vit. B12 dan Fe sehingga pemberian vitamin untuk mempercepat regenerasi sel dan penyembuhan sariawan. Penanganan lain secara non farmakologis yaitu dengan manajemen stres, banyak minum air putih, makan buah dan sayur, dan menjaga kebersihan mulut. Meskipun, pada jurnal ada yang menyebutkan RAS dapat sembuh sendiri. Umumnya, waktu penyembuhan RAS selama 10-14 hari ketika faktor pencetus dihilangkan.

Ps. Bersumber dari salah satu program kerja KKN (online) waktu itu buat poster tentang stres dan sariawan featuring septina & devy. Sedikit mereview materi di blok yang lalu.


Daftar pustaka:

Amtha, R., dkk., 2017, Plester sariawan efektif dalam mempercepat penyembuhan stomatitis aftosa rekuren dan ulkus traumatikus, Majalah Kedokteran Gigi Indonesia, vol. 3(2): 69-75.

Dewi, A. G. P., dkk., 2017, Penilaian faktor predisposisi recurrent aphtous stomatitis dengan menggunakan Kessler psychological distress scale, food recall, dan food frequency questionnaire, J Ked Gi Unpad, vol. 29(3): 168-172.

Hernawati, S., 2013, Mekanisme seluler dan molekuler stress terhadap terjadinya rekuren aptosa stomatitis, Jurnal PDGI, vol. 62(1): 37-40.

Rafika, M., dkk., 2018, Penentuan laju alir saliva pada pasien geriatri sebagai pertimbangan manajemen komprehensif pada stomatitis herpetika, Jurnal B-Dent, vol. 5(2): 144-152.

Scully, C., dkk., 2003, The diagnosis and management of recurrent aphtous stomatitis a consensus approach, J Am Dent Assoc, vol. 134(2): 200-207.

CONVERSATION

0 comments:

Post a Comment